UNNES KONSERVASI

Universitas Negeri Semarang disebut sebagai Universitas berbasis Konservasi yang dalam pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat memiliki konsep yang mengacu pada prinsip-prinsip konservasi.

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Universitas Negeri Semarang adalah salah satu Perguruan Tinggi di Indonesia dengan visi misi konservasi. Lengkapnya bertaraf internasional yang sehat, unggul, dan sejahtera.

Fakultas Ilmu Pendidikan

Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES

NON FORMAL EDUCATION

Pendidikan Non Formal di fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

PENDIDIKAN

Pendidikan sangat penting untuk masa yang akan datang sebagai generasi muda yang cerdas.

Senin, 11 Januari 2016

PEMBELAJARAN INTERAKTIF




















Model pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan 
guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Menurut Syah (1998) proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis). Dalam proses mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesmpatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukan proses belajar mengajar yang interaktif.  Berikut ini saya berikan 32 jenis model pembelajaran beserta langkah-langkah pembelajarannya, anda mungkin bisa memilih dan mencobanya disesuaikan dengan materi pelajaran.

1. Examples and Non Examples
Model Pembelajaran Examples non Examples sebenarnya sudah dan sering dipergunakan oleh Bapak/Ibu Guru dalam proses pembelajaran. Namun kadang masih awam mengenai istilah nama model pembelajarannya. Model pembelajaran ini  menggunakan  contoh dapat dari kasus/gambar yang tentunya relevan dengan Kompetensi Dasar/KD.
Adapun Langkah-langkah Pembelajarannya adalah sebagi berikut :
  • Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri 3-4 orang siswa.
  • Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD.
  • Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui OHP atau LCD proyektor melalui komputer/laptop.
  • Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para  siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar.
  • Melalui diskusi kelompok 3-4 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas/lembar kerja.
  • Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan lembar kerja/hasil diskusinya.
  • Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
  • Kesimpulan.
Kelompok dengan nilai tertinggi diberi reward (misal tanda bintang pada lembar kerja) lalu ditempel di dinding kelas.
2. Picture and Picture
Dari namanya tentu Anda sudah bisa menebak model pembelajaran Picture and Picture ini tentunya menggunakan media pembelajaran berupa gambar, sama dengan Examples Non Examples. Lalu apa bedanya dengan Model Pembelajaran Examples Non Examples? Silakan mengikuti kelanjutannya.
  • Langkah-langkah pembelajarannya :
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Menyajikan materi secara singkat sebagai pengantar.
  • Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
  • Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan/hubungan yang logis.
  • Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
  • Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Kesimpulan/rangkuman.
3. Numbered Head Together (Kepala Bernomor, Spencer Kagan, 1992)
Langkah-langkah :
  • Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  • Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
  • Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
  • Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
  • Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
  • Kesimpulan
4. Cooperative Script (Dansereau Cs., 1985)
Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
  • Guru membagi siswa untuk berpasangan
  • Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
  • Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
  • Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
  • Sementara pendengar :1) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; 2)Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
  • Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
  • Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
  • Penutup
5. Kepala Bernomor Terstruktur (Modifikasi Dari Number Heads)
Langkah-langkah :
  • Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  • Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
  • Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
  • Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
  • Kesimpulan
6. Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions STAD (Slavin,1995)
Nama lain model pembelajaran ini adalah model pembelajaran Tim Siswa Kelompok Prestasi. Dalam model pembelajaran ini peran siswa yang lebih dahulu paham dapat membantu siswa lain dalam satu kelompok.
  • Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagi berikut  :
  • Siswa membentuk kelompok yang anggotanya  4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
  • Guru menyajikan pelajaran secara .
  • Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat  menjelaskan pada anggota lainnya (dalam satu kelompok) sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  • Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Meskipun dalam kerja kelompok saling membantu namun pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
  • Guru memberi evaluasi.
  • Kesimpulan.
7.  Jigsaw (model tim ahli) (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Dalam model pembelajaran Jigsaw (Model Tim Ahli), setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan peran yang sama dengan materi berbeda (masih dalam satu bab) namun bobotnya relatif sama. Tidak ada anggota kelompok yang tidak mendapat bagian tugas.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagi berikut  :
  • Siswa dikelompokkan ke dalam  4 anggota tim.
  • Tiap orang anggota dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
  • Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
  • Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka .
  • Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
  • Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
  • Guru memberi evaluasi.
  • Kesimpulan/Penutup.
8. Problem Based Introduction (PBI) (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) disebut juga Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut secara adil dan obyektif.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
  • Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
  • Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih.
  • Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
  • Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah
  • Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
  • Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
  • Kesimpulan/Penutup.
9. Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’

Langkah-langkah model pembelajaran Artikulasi adalah sebagai berikut :
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
  • Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
  • Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
  • Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
  • Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
  • Kesimpulan/penutup.
10. Mind Mapping
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
  • Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
  • Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
  • Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
  • Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
  • Kesimpulan/penutup.

11. Make a Match (Lorna Curran,1994)
Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.
Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut :
  • Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
  • Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
  • Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
  • Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’ secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
  • Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
  • Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
  • Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua siswa.
  • Kesimpulan/penutup.
12. Model Pembelajaran Think Pair and Share (Frank Lyman,1985)
Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.

Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :
  • Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
  • Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
  • Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
  • Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
  • Kesimpulan/Penutup.
13. Debate (debat)
Dalam model pembelajaran Debate siswa juga dilatih bagaimana mengeluarkan pendapat seperti dalam model pembelajaran Think Pair and Share, perbedaannya adalah dalam debate situasi pembelajaran disengaja dibuat 2 kelompok yang berseberangan (pro dan kontra). Siswa dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan  yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa belajar bagaimana menghargai adanya perbedaan.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut  :
  • Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.
  • Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok diatas.
  • Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
  • Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
  • Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
  • Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
14. Role Playing
Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara  berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut  :
  • Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
  • Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar..
  • Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
  • Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
  • Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
  • Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
  • Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
  • Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
  • Guru memberikan kesimpulan secara umum.
  • Evaluasi.
  • Penutup.
15. Group Investigation (Sharan,1992)
Model pembelajaran Group Investigation hampir sama dengan model pembelajaran yang lain yang berbasis belajar secara diskusi/kelompok, bedanya adalah bahwa dalam Group Investigation materi yang dibahas merupakan materi yang bersifat penemuan.
Langkah-langkah pembelajarannya :
  • Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
  • Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
  • Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
  • Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif  yang bersifat penemuan.
  • Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
  • Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
  • Evaluasi.
  • Penutup.
16. Talking Stick
Model pembelajaran Talking Stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
  • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
  • Guru menyiapkan sebuah tongkat.
  • Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut.
  • Setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru.
  • Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
  • Guru memberikan kesimpulan.
  • Evaluasi.
  • Penutup.
17. Bertukar Pasangan
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus  kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
  • Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
  • Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
  • Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
  • Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
  • Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
  • Kesimpulan.
  • Penutup.
18. Snowball Throwing
Model Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
  • Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
  • Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
  • Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
  • Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.
  • Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
  • Evaluasi.
  • Penutup.
19. Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Langkah-langkah pembelajarannya :
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
  • Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
  • Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.
  • Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
  • Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
  • Penutup.
20. Course Review Horay
Model Pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
  • Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya jawab.
  • Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.
  • Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salah diisi tanda silang (x).
  • Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya.
  • Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh.
  • Kesimpulan.
  • Penutup.
21. Demonstration
Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan model pembelajaran Demonstrasi, bahkan mungkin sudah menerapkannya berkali-kali sehingga sudah benar-benar menguasai. Demikian harapan saya. Namun di sini sebagai sekedar penambah informasi tetap saya sampaikan. Model Pembelajaran Demonstrasi diperlukan pada khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan. Pembelajaran ini  berhubungan dengan ketrampilan proses yang  diperagakan agar pembelajaran bermakna lebih mendalam.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
  • Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
  • Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
  • Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
  • Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan.
  • Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan.
  • Penutup.
22. Explicit Instruction (Rosenshina & Stevens,1986)
Model Pembelajaran Explicit Instruction/Pengajaran Langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan  dengan pola selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Menyampaikan kompetensi/tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.
  • Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
  • Membimbing pelatihan kepada siswa.
  • Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik.
  • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan.
  • Kesimpulan.
23. Inside-Outside-Circle (Spencer Kagan) 
Model Pembelajaran Inside- Outside- Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar) merupakan model pembelajaran dimana “Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”. Pembelajaran ini lebih leluasa dilaksanakan di luar kelas, atau tempat terbuka. Karena mobilitas siswa akan cukup tinggi, sehingga diperlukan perhatian ekstra. Namun demikian jika jumlah siswa  tidak terlalu banyak bisa juga dilaksanakan di dalam kelas. Adapun informasi yang saling berbagi merupakan isi materi pembelajaran yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Misalnya pada mapel Bahasa Indonesia tentang unsur-unsur cerita. Sebagian siswa mempelajari tokoh-tokoh cerita, sebagian siswa yang lain mempelajari sifat/watak tokoh, latar cerita atau amanat/pesan cerita.  Pada saat nanti berbagi informasi, maka semua siswa akan saling memberi dan menerima informasi pembelajaran. Tujuan model pembelajaran ini adalah melatih siswa belajar mandiri dan belajar berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu juga melatih kedisiplinan dan ketertiban.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
  • Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang.
  • Tiap-tiap kelompok  mendapat tugas mencari informasi berdasarkan pembagian tugas dari guru ( misal : latar cerita, tokoh cerita, watak tokoh, pesan/amanat, dsb).
  • Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan.
  • Setelah selesai, maka seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok).
  • Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
  • Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.
  • Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
  • Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
  • Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.
24. Tebak Kata
Dalam Model Pembelajaran Tebak Kata, sesuai dengan namanya siswa diajak bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu/karton.
Media :
a. Kartu ukuran 10 x10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
b. Kartu ukuran 5 x 2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi atau diselipkan di telinga,di saku baju atau dikalungkan.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
  • Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas.
  • Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga,di saku baju atau dikalungkan.
  • Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. Jawaban yang tepat apabila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
  • Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain(memancing) asal jangan langsung memberi tahu jawabannya.
  • Dan seterusnya.
25. Concept Sentence
Model Pembelajaran Concept Sentence sesuai untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata kunci.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.
  • Guru menyajikan materi secukupnya.
  • Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.
  • Guru Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
  • Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
  • Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.
  • Kesimpulan.
26. Complete Sentence
Model Pembelajaran Complete Sentence sesuai untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya.
  • Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
  • Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
  • Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
  • Siswa berdiskusi secara berkelompok..
  • Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hafal.
  • Kesimpulan.
27. Time Token (Arends,1998)
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
  • Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
  • Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
  • Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
  • Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
  • Demikian seterusnya.
28. Round Club (Keliling Kelompok)
Model pembelajaran Round Club dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Guru menjelaskan Tujuan pembelajaran/KD.
  • Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
  • Guru memberikan tugas/Lembar Kerja.
  • Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan  pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
  • Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
  • Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
29. Tari Bambu
Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.Meskipun namanya Tari Bambu tetapi  tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.
Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
  • Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
  • Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
  • Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.
30. Two Stay Two Stray (Spencer Kagan,1992)
Model pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi  kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
  • Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain.
  • Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.
  • Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
  • Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
  • Kesimpulan.
31. Pair Checks (Spencer Kagen,1993)
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi  penilaian.
Langkah-langkah Pembelajarannya sebagai berikut :
1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan  mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.

32 Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan. 
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  • Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
  • Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
  • Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
  • Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
  • Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.

Sabtu, 09 Januari 2016

Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Indonesia terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Dengan demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia juga memiliki berbagai jenis ekosistem, seperti ekosistem perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan bakau, terumbu karang, dan ekosistem pantai.
1.  Persebaran Tumbuhan (Flora) di Indonesia
Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia diperkirakan berjumlah 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia. Lumut dan ganggang diperkirakan jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain di dunia.
Tumbuhan yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, Philipina sering disebut kelompok tumbuhan Malesiana. Beberapa jenis tumbuhan khas di Indonesia :
  • Durian ( Durio zibethinus ), ada beberapa varietas : Durian Petruk  (Jepara), durian Simas (Bogor), durian Sitokong (Ragunan-Jakarta).
  • Salak ( Salacca edulis ), beberapa varietas : salak pondoh (sleman), salak bali, salak condet (jakarta).
  • Bunga Bangkai ( Rafflesia arnoldi ) dari Bengkulu
  • Pohon Jati (Tectona grandis), Mahoni (Switenia mahagoni), Kenari     (Canarium caesius) banyak ditemukan di Jawa, keruing (Dipterocarpus  sp), Matoa (Pometia pinnata) dari Papua.
  • Meranti (Shorea sp), rotan (Calamus caesius) di kalimantan.
  • Cendana (Santalumalbum), kayu putih (Eucalyptus alba)
 2.  Persebaran Hewan (Fauna) di Indonesia
Persebaran hewan-hewan di dunia dikelompokkan menjadi 6 (enam) daerah utama, yaitu :
Jenis-jenis hewan yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 220.000 jenis yang terdiri atas lebih kurang 200.000 serangga (± 17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis ikan, 2.000 jenis burung, serta 1.000 jenis reptilia dan amphibia.
Penyebaran keanekaragaman hayati di Indonesia, khususnya hewan, sangat berkaitan erat dengan letak geografis Indonesia. Penyebaran hewan ini secara umum terbagi menjadi dua wilayah, yaitu kawasan timur (Benua Australia) dan kawasan barat (Benua Asia).
Dalam ekspedisinya ke Indonesia, Alfred R. Wallace (1856)  menemukan perbedaan hewan di beberapa daerah di Indonesia.  Jenis burung yang ada di Bali tidak dijumpai di Lombok, dan sebaliknya. Hewan yang terdapat di Sumatera, jawa, Bali, dan Kalimantan mirip dengah  jenis hewan di daerah geografis Oriental (Asia), sehingga Wallace  membuat garis pembatas yang dikenal dengan garis wallace yang memisahkan daerah oriental dengan daerah Australian (meliputi Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara).
Ahli zoology Jerman, Max Weber menjumpai hewan di daerah  Sulawesi mirip dengah hewan di daerah Oriental dan Australian (merupakan peralihan), sehingga membuat garis pembatas yang dikenal garis weber yang membentang daerah Sulawesi ke selatan hingga kepulauan Aru.
Dengan demikian, hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe daerah Orental, Australian, dan Peralihan
3.  Hewan dan Tumbuhan endemik  di Indonesia
Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia adalah hewan dan tumbuhan yang hanya ada di di Indonesia.
  • Hewan yang endemik misalnya : harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau bali (sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar     rothschildi) di Bali, badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis binturong), monyet (Presbytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di Sulawesi Utara, kukang (Nycticebus coucang), maleo (hanya di Sulawesi), komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo dan sekitarnya.
  • Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), Rafflesia borneensis (Kalimantan), Rafflesia cilliata (Kalimantan Timur), Rafflesia horsfilldii (Jawa), Rafflesia patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran),Rafflesia rochussenii (Jawa Barat), dan Rafflesia contleyi (Sumatra bagian timur).
  • Bedali (Radermachera gigantean),  Kepuh (Stereula foetida),  Bungur (Lagerstroemia spesiosa), Nangka celeng (Arthocarpus heterophyllus), Mundu (Garcinia dulcis),  Sawo kecik (Manilkara kauki),  Winong(Tetrameles nudiflora),  Kluwak (Pingium edule),  Gandaria (Bouea macrophylla)

Pendidikan Seumur Hidup


Pendidikan Seumur Hidup” atau “Life-Long Education” bukan “(long life education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.

Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.

Pendidikan seumur hidup bersifat holistik, sedangkan pengajaran bersifat spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam berbagai bentuk kelembagaan belajar.
Holistik memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau penyempurnaan. Manusia selalu berusaha uintuk mencapai titik kesempurnaan dalam segala hal, namun seberapa besar usahapun kita tidak akan sampai pada kesempurnaan itu. Karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta Alam.
Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak belajar berarti telah kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar generasi dan kehidupan secara universal.

Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita.

Dalam agama sering kita dengar kalimat ” Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari ayunan sampai liang lahat”.
Belajar merupakan tugas semua manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal.

       Asas pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia.                   
Dasar-Dasar Pendidikan Seumur Hidup:                                                                                             1. Menurut GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat sehingga pendidikan seumur hidup merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan  pemerintah..
2. 
Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-Prinsip pembangunan nasional :                                                                                                                      
     a. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia  seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah  pembangunan jangka panjang).
     b. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.                                                                                                                                    
     c.   Konsepsi manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4) yakni pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Ø  Pendidikan Seumur Hidup Dalam Berbagai Perspektif
       Dasar-dasar pemikiran life long  education:                                                                                    
 1. Tinjauan ideologis
      Setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang sama dalam hal pengembangan diri, untuk mendapatkan pendidikan seumur hidup untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan hidup.
2. Tinjauan ekonomis
     Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan ekonomi memungkinkan seseorang untuk :
a. Meningkatkan produktivitasnya
b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
c. Memungkinkan hidup dalam lingkunganyang sehat dan menyenangkan
3. Tinjauan sosiologis
    Pendidikan seumur hidup yang dilakukan oleh orangtua merupakan solusi untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan orang tua bersekolah maka anak-anak mereka juga bersekolah.
4. Tinjauan Filosofis
     Pendidikan seumur hidup secara filosofi akan memberikan dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Tinjauan Teknologis
    Semakin maju jaman semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dengan teknologi maka pendidikan seumur hidup akan semakin mudah. Begitu pula sebaliknya.
6 . Tinjauan Psikologis dan Paedagogis
    Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan    personal sepanjang hidup yang disebut development. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.


Mengapa PSH diperlukan??????

Alasan keadilan
Terselenggaranya PSH secara meluas di kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkingkan terwujudnya keadilan sosial. Masyarakat luas dengan berbagai stratanya merasakan adanya persamaan kesempatan memperoleh pendidikan. Selanjutnya berarti pula paersamaan sosial,ekonomi dan politik. Hinsen menunjukkan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya PSH yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional (cropley:33). Dalam hubungan ini Bowle mengemukakan statemen bahwa PSH  pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial (cropley:33).

Alasan ekonomi
Persoalan PSH dikaitkan dengan biaya penyelenggaraan pendidikan,produktivitas kerja, dan peningkatan GNP. Di negara sedang berkembang biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan pendidikan hampir-hampir tak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. Tidak terkecuali di negara yang sudah maju teknologinya yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis-jenis pendidikan.

Alasan perkembangan IPTEK
Bahwa sudah dijelaskan bahwa betapa luasnya pengaruh perkembangan Iptek dalam semua sektor pembangunan. Meskipun diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh yang terjadi pada dunia pertanian, industri,transportasi dan komunikasi, namun intervensinya di dalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal.

Alasan sifat pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan Iptek di satu sisi dalam skala besar menyita pekerjaan angan diganti dengan mesin,tetapi tak dapat dipungkiri di sisi lain juga memberikan andil kepada munculnya pekerjaan – pekerjaan baru yang menyerap tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru untuk memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah. Untuk dapat tetap menangani pekerjaan yang menuntut persyaratan – persyaratan baru seseorang harus berkemauan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara terus menerus.